السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Hikmah Syahadat

Hikmah Syahadat

Hadis riwayat Itban bin Malik ra.:

Dari Mahmud bin Rabi` ia berkata: Aku datang ke Madinah dan bertemu Itban. Dan aku berkata: Aku mendengar cerita tentang engkau. Itban berkata: Mataku terkena suatu penyakit. Lalu aku menyuruh orang menghadap Rasulullah saw. untuk mengatakan kepada beliau bahwa aku ingin engkau (Rasulullah saw.) datang dan mengerjakan salat di rumahku, sehingga aku dapat menjadikannya sebagai mushalla. Nabi pun datang bersama beberapa orang sahabat beliau. Beliau masuk dan mengerjakan salat di rumahku. Sementara itu para sahabat saling berbincang di antara mereka. Mereka umumnya sedang membicarakan Malik bin Dukhsyum (artinya, mereka membicarakan sikap orang-orang munafik yang buruk, di antaranya Malik). Mereka ingin Rasulullah saw. berdoa agar Malik mendapat celaka. Mereka ingin ia tertimpa malapetaka. Ketika Rasulullah saw. selesai salat, beliau bertanya: Bukankah ia bersaksi: Bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku adalah utusan Allah? Para sahabat menjawab: Memang benar ia mengucapkan itu, tetapi itu tidak ada dalam hatinya. Rasulullah saw. bersabda: Seseorang yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah, tidak akan masuk neraka atau dimakan api neraka. [HR. Muslim]

Filed under: Akidah dan Tauhid, HR. Muslim, Keimanan | Komentar Dimatikan   
Hikmah Syahadat
Posted on 21 Januari 2010 by Salik Indonesia

Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:

Rasulullah saw. dan Muaz bin Jabal berboncengan di atas tunggangan. Rasulullah saw. bersabda: Hai Muaz. Muaz menyahut: Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Rasulullah saw. memanggil lagi: Hai Muaz. Muaz menjawab: Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Sekali lagi Rasulullah saw. memanggil: Hai Muaz. Muaz menjawab: Ya, wahai utusan Allah, aku siap menerima perintah. Rasulullah saw. bersabda: Setiap hamba yang bersaksi bahwa: Tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, maka Allah mengharamkan api neraka atasnya. Muaz berkata: Wahai Rasulullah, bolehkah aku memberitahukan hal ini kepada orang banyak agar mereka merasa senang? Rasulullah saw. bersabda: Kalau engkau kabarkan, mereka akan menjadikannya sebagai andalan. [HR Muslim]

Filed under: Akidah dan Tauhid, HR. Muslim, Keimanan | Komentar Dimatikan   


Dua Kalimat Syahadat
Posted on 20 Januari 2010 by Salik Indonesia

Hadis riwayat Ubadah bin Shamit ra., ia berkata:

Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa mengucapkan: Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya dan bersaksi bahwa Nabi Isa as. adalah hamba Allah dan anak hamba-Nya, serta kalimat-Nya yang dibacakan kepada Maryam dan dengan tiupan roh-Nya, bahwa surga itu benar dan bahwa neraka itu benar, maka Allah akan memasukkannya melalui pintu dari delapan pintu surga mana saja yang ia inginkan [HR Muslim]

Filed under: Akidah dan Tauhid, HR. Muslim, Keimanan | Komentar Dimatikan   
Kalimat Laa ilaaha illallah (2)
Posted on 16 Januari 2010 by Salik Indonesia

Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra ., ia berkata:

Rasulullah saw. bersabda: Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad saw. adalah utusan Allah, mendirikan salat dan mengeluarkan zakat. Barang siapa melaksanakannya berarti ia telah melindungi diri dan hartanya dariku kecuali dengan sebab syara, sedang perhitungannya (terserah) pada Allah Taala. [Sahih Muslim]

Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan: Laa ilaaha illallah, barang siapa telah mengucapkan: Laa ilaaha illallah, maka harta dan dirinya terlindung dariku, kecuali dengan sebab syara, sedangkan perhitungannya (terserah) pada Allah [Sahih Muslim]

Filed under: HR. Muslim, Keimanan


SYAHADATAIN (DUA KALIMAT SYAHADAT)

Dua kalimat syahadat (laa ilaaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah) merupakan rukun Islam yang pertama yang diatasnya didirikan amalan dan tidak diterima suatu amal tanpa keduanya. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari sahabat Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Islam dibangun diatas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada ilaah yang berhak disembah kecuali Allah semata dan bahwasanya Muhammad itu utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan shaum di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadist diatas adalah dalil tentang rukun Islam yang salah satunya adalah syahadatain. Al Hafizh Ibnul Rajab rahimahullah berkata: “Maksud hadits ini ialah bahwa Islam dibangun di atas lima perkara yang merupakan rukun dan tiang penyangga bangunan Islam. Dan maksud permisalan Islam dengan bangunan dan tiang penyangga bangunan yang lima adalah bahwa bangunan tidak akan berdiri kokoh jika tidak mempunyai tiang penyangga. Dan cabang Islam yang lain merupakan penyempurna bangunan tersebut. Jika salah satu cabang tersebut tidak ada maka bangunan tersebut akan berkurang namun masih tetap berdiri, tidak akan runtuh dengan kekurangan tersebut. Berbeda jika yang kurang tersebut adalah penopangnya. Dan tidak perlu diragukan , Islam seseorang akan runtuh semuanya jika salah satu rukun tersebut tidak ada. Begitu juga Islam seseorang akan lenyap bila tidak bersyahadat atau tidak mendirikan shalat. Dalam hadits yang berkaitan dengan hal tersebut disebutkan bahwa barangsiapa meninggalkannya berarti telah keluar dari Islam. Sejumlah ulama salaf dan khalaf memilih pendapat ini. Sebahagian dari mereka berpendapat:”Barangsiapa meninggalkan salah satu dari rukun Islam dengan sengaja berarti telah kafir…” (Jamiu’l ‘Ulum wal Hikam)

Dalil dari Syahadat Laa ilaaha illallah

Adapun dalil syahadat laa ilaaha illallah adalah firman Allah :

ayat126.jpg

”Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tiadalah ilah (yang berhak disembah) selain Dia.” (QS. Ali Imran:18)

Dalil untuk syahadat adalah sebuah ayat yang agung yang menunjukkan betapa pentingnya syahadat, karena merupakan sebuah kesaksian yang sangat agung. Persaksian yang agung adalah persaksian tauhid karena yang bersaksi adalah Allah Subahanahu wa Ta’ala dan para Malaikat bahwa tiada ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah semata. Di ayat tersebut juga disebutkan bahwa ahli ‘ilmi yaitu para Nabi dan ulama mempunyai kedudukan yang tinggi di hadapan Allah karena Allah menyebutkan mereka secara khusus dan tidak menyebutkan manusia lain. Allah menyebutkan mereka secara khusus dan persaksian mereka disertakan dengan persaksian para malaikat, maka ayat ini juga bisa dijadikan dalil yang menunjukkan fadhilah ilmu.

Makna Syahadat Laa ilaaha illallah

Syahadat menurut bahasa adalah pemberitahuan tentang apa yang diketahui dan diyakini kebenarannya dengan pasti.

Syahadat menurut syari’at adalah pengakuan, pembenaran dan keyakinan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah ‘Azza wa Jalla tiada sekutu bagi-Nya. Jadi makna laa ilaaha illallah ialah keyakinan dan pengakuan bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah lalu berkomitmen dengannya dan mengamalkan tuntutannya. Maka beribadah hanya kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya itulah makna laa ilaaha illallaah. Allah berfirman:

ayat220.jpg

“Maka ketahuilah (ilmuilah) bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu.” (QS. Muhammad:19)

Maksudnya, ketahuilah bahwa Dia berhak untuk disembah, tidak ada penyembahan untuk selain-Nya, sebab Dialah satu-satunya yang berhak untuk disembah dan Dialah Rabb yang sebenarnya yang tidaklah pantas melakukan ibadah kepada selain-Nya.

Kedudukan Laa ilaaha illallah

Laa ilaaha illallah adalah kalimat yang dikumandangkan oleh kaum muslimin dalam adzan, iqamah, khutbah dan pembicaraan mereka. Karena kalimat ini: bumi dan langit ditegakkan, semua makhluk diciptakan, Allah mengutus rasul-rasul-Nya, menurunkan kitab-kitab-Nya, menetapkan syari’at-Nya, ditegakkan timbangan dengan adil, diletakkan kitab kumpulan hukum, berdiri pasar surga dan neraka, dan karenanya makhluk terbagi menjadi dua: mukmin dan kafir.

Tauhid adalah asa penciptaan, perintah, balasan pahala, dan siksaan. Dialah kebenaran yang diciptakan untuk dan dari para makhluk. Dari hak-haknya timbul pertanyaan dan perhitungan (di akhirat), sebabnya terjadi pahala dan siksaan, atasnya ditegakkan kiblat dan agama, karenanya dilepaskan pedang jihad dari sarungnya.

Tauhid merupakan hak Allah atas semua hamba, dia kalimat Islam, kunci Darussalam (surga), tentangnya akan ditanyakan orang-orang yang pertama dan terkahir, maka takkan tetap kedua kaki hamba di hadapan Allah hingga ditanya tentang dua masalah: Siapa yang dulu kalian sembah? Apa tanggapanmu terhadap para rasul? Jawaban soal pertama ialah dengan merealisasikan Laa ilaaha illallah (Tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah) dengan pengetahuan, ikrar dan amal, sedangkan jawaban bagi soal kedua ialah dengan merealisasikan Anna Muhammadar Rasulullah (Sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah) dengan pengetahuan , tunduk, dan taat. (Zadul Ma’ad, Ibnul Qoyyim)

Keutamaan Tauhid ( Laa ilaaha illallah)

Pertama: Allah akan menghapuskan dosa-dosa orang yang bertauhid.

Dalilnya yaitu sabda Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam dalam sebuah hadits qudsi, dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia berkata:”Aku mendengar Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda, Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman:

‘…Wahai Bani Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh bumi, sedangkan engkau ketika mati tidak menyekutukan Aku sedikitpun juga, pasti Aku akan memberikan kepadamu ampunan sepenuh bumi pula’. (HR. at Tirmidzi, ia berkata: “Hadits hasan ghorib”)

Kedua: Allah Ta’ala akan menghilangkan kesulitan dan kesedihan di dunia dan akhirat bagi orang yang bertauhid.

Allah Ta’ala berfirman:

ayat318.jpg

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberikannya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. ath Thalaq:2,3)

Seseorang tidak dikatakan bertakwa kepada Allag jika ia tidak betauhid. Orang yang bertauhid dan bertakwa, ia akan diberi jalan keluar dari berbagai problem hidupnya. (Lihat al Qaulus Sadiid fi Maqaashid Tauhid, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as Sa’di)

Ketiga: Allah akan menjadikan dan menghiasi dalam hati seorang yang bertauhid dengan rasa cinta kepada iman, serta menjadikan di dalam hatinya rasa benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan.

Allah Ta’ala berfirman:

ayat416.jpg

“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan (iman itu) indah dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” (QS. al Hujurat :7)

Keempat: Tauhid merupakan satu-satunya sebab untuk mendapatkan ridha Allah. Dan orang yang paling bahagia dengan syafa’at Nabi Muhammad Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam ialah orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah dengan penuh keikhlasan dari dalam hatinya.

Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

Orang yang paling berbahagia dengan mendapat syafa’atku pada hari Kiamat, yaitu orang yang mengucapkan “Laa ilaaha illallah” secara ikhlas dari hatinya atau jiwanya.” (HR. Bukharai, dari sahabat Abu Hurairah)

Kelima: Allah Ta’ala menjamin akan memasukkan seorang yang bertauhid ke Surga.

Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Barangsiapa yang mati dan ia mengetahui bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Allah, maka ia masuk Surga.” (HR. Muslim, dari sahabat ‘Utsman)

Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, ia masuk Surga.” (HR. Muslim, dari sahabat Jabir)

Keenam: Allah Ta’ala akan memberikan kemenangan, pertolongan, kejayaan dan kemuliaan kepada orang yang bertauhid.

Allah Ta’ala berfirman:

ayat514.jpg

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad:7)

Ketujuh: Allah Ta’ala akan memberikan kehidupan yang baik di dunia dan akhirat bagi seorang yang bertauhid.

ayat611.jpg

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. an Nahl:97)

Kedelapan: Tauhid akan mencegah seorang muslim kekal di neraka.

Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Setelah penghuni surga masuk ke surga, dan penghuni neraka masuk ke neraka, maka setelah itu Allah pun berfirman:’Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang didalam hatinya terdapat seberat biji sawi iman,’ maka mereka pun dikeluarkan dari neraka, hanya saja tubuh mereka sudah hitam legam (bagaikan arang). Lalu mereka dimasukkan ke sungai kehidupan, maka tubuh mereka tumbuh (berubah) sebagaimana tumbuhnya benih yang berada di tepian sungai. Tidakkah engkau perhatikan bahwa benih itu tumbuh berwarna kunngh dan berlipat-lipat?” (HR. Bukhari, dari Abu Sa’ad alkhudri)

Kesembilan: Tauhid merupakan penentu bagi diterima atau ditolaknya amal manusia.

Sempurna atau tidaknya amal seseorang bergantung pada tauhidnya. Orang yang beramal, tetapi tidak sempurna tauhidnya, misalnya riya, tidak ikhlas, berbuat syirik, niscaya amalnya akan menjadi boomerang baginya, yakni tidak mendatangkan kebahagiaan. Oleh karena itu, seluruh amal harus dilakukan dengan ikhlas karena Allah, baik berupa shalat, zakat, shadaqah, puasa, haji dan lainnya.

Allah Ta’ala berfirman:

ayat710.jpg

“Yang menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. al Mulk:2)

Dalam ayat yang mulia tersebut, Allah menyebutkan dengan “amal yang baik” , tidak dengan “amal yang banyak” . Amal, disebut baik atau shahih, bila memenuhi dua syarat, yaitu ikhlas dan ittiba’ kepada Nabi Muhammad Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, bahwa kalmat laa ilaaha illallah, pada hari Kiamat nanti, lebih berat timbangannya dibandingkan langit dan bumi dengan sebab ikhlas.

Kesepuluh: Orang yang bertauhid akan mendapatkan rasa aman dan petunjuk.

Orang yang tidak mentauhidkan Allah dengan sempurna, maka ia selalu was-was, ia selalu dalam keadaan takut dan tidak tenang. Mereka takut kepada hari sial, atau takut mempunyai anak lebih dari dua, takut terhadap masa depan, takut hartanya lenyap dan seterusnya.

ayat89.jpg

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al An’am:82)

Rukun-Rukun Syahadat Laa Ilaaha Illallah

Adapun rukun dari syahadat Laa ilaaha illallah ada dua yaitu:

1. Menafikan (meniadakan)

Laa ilaaha (tiada Ilah yang berhak disembah) membatalkan atau menolak apa yang disembah selain Allah dalam semua bentuknya dan mewajibkan untuk mengingkari semua yang disembah selain Allah.

2. Menetapkan

Illallah (kecuali Allah) menetapkan bahwa tiada yang berhak dengan peribadatan kecuali Allah.

Semua pengertian ini ada dalam Al Qur’an, sebagaimana firman Allah:

ayat97.jpg

“Maka barangsiapa yang kafir pada thaghut dan beriman pada Allah, sungguh dia telah berpegang pada tali yang sangat kuat.” (QS. Al Baqarah:256)

Penjelasan ayat:

“Maka barangsiapa yang kafir (ingkar) pada thaghut” bermakna rukun pertama (membatalkan atau menolak), “dan beriman pada Allah” semakna dengan rukun kedua (menetapkan).

Allah berfirman:

ayat108.jpg

“Sesungguhnya saya berlepas diri dari apa yang kalian sembah. Kecuali Yang telah menjadikanku (hanya Dia yang saya sembah), maka sesungguhnya Dia akan memberikan hidayah kepadaku.” (QS. Az Zukhruf:26-27)

Penjelasan ayat:

“Sesungguhnya saya berlepas diri” inilah makna rukun pertama, “Kecuali Yang telah menjadikanku” inilah makna rukun kedua.

Dalil Syahadat Muhammad Rasulullah

Adapun dalil dari syahadat Muhammad Rasulullah adalah firman Allah:

ayat1112.jpg

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min.” (QS. At Taubah:128)

Ayat ini adalah dalil atas syahadat bahwa Muhammad adalah Rasulullah. Dalam ayat tersebut juga terdapat penjelasan bahwa Allah telah memberikan kenikmatan kepada umat ini dengan mengurus seorang rasul yang mulia dan memberikan cirri rasul tersebut yaitu dari kaum mereka yang sudah mereka ketahui kejujuran dan nasabnya, sehingga dengan mudah mereka duduk bersamanya serta mendengar wejangan dan ucapannya karena beliau bukan orang asing di kalangan mereka.

Makna dan Rukun Muhammad Rasulullah

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata bahwa makna syahadat “Sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah” ialah mentaati perintahnya, membenarkan seluruh kabar yang beliau bawa, menjauhi segala yang beliau larang, dan tidak menyembah Allah kecuali dengan syari’at yang beliau bawa.

Mentaati Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam berarti mentaati Allah ‘Azza wa Jalla, Allah berfirman:

ayat127.jpg

“Katakanlah: Jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku niscaya Allah akan mencintai dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran:31)

Dan firman Allah:

“Katakanlah: ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya’.” (QS. Ali Imran:32)

Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya:”Ya Rasulullah! Siapa yang enggan tersebut?” Jawab beliau: “Barangsiapa yang mentaatiku maka ia akan masuk surga dan barangsiapa yang mendurjakaiku maka dialah yang enggan masuk surga.” (HR. Bukhari)

Membenarkan Rasul Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam pada berita-beritanya baik tentang kejadian yang telah lalu ataupun yang akan datang dari persoalan ghaib, termasuk kewajiabn terbesar sebagaimana menjauhi larangannya (yang juga merupakan kewajiban terbesar). Allah berfirman:

ayat135.jpg

“Dan apa yang dibawakan Rasul kepadamu maka ambillah.Dan yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. Al Hasyr:7)

Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Apa yang aku larang terhadap kalian maka jauhilah dan apa yang aku perintahkan kepada kalian maka kerjakanlah semampu kalian.” (HR. Bukhari, Muslim)

Tidak menyembah Allah kecuali dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam. Oleh karena itu, diantara dua syarat diterimanya amal adalah mengikuti Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam.

Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Barangsiapa yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami ini yang bukan berasal dari kami maka amalan tersebut tertolak.” (HR.Bukhari,Muslim,Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad dll)

Dalam satu riwayat Muslim disebutkan:

“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang bukan termasuk ajaran kami, maka ia tertolak.”

Adapun rukun syahadat “Muhammadur Rasulullah”, maka ada dua yaitu:

1. Mengakui kerasulan Muhammad Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam.

2. Meyakini bahwa Beliau Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam hanya hamba, sebagaimana yang  Beliau Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam sabdakan:

“Sesungguhnya saya hanyalah hamba, maka sebutlah: hamba Allah dan Rasul-Nya.”

Maka beliau Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam tidak boleh diangkat melebihi derajat ketinggiannya hingga memberikan beliau Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam suatu sifat yang khusus bagi Allah, misalnya: meyakini beliau Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam mengetahui yang ghaib, memberika manfaat dan memudharatkan, dapat mengabulkan hajat dan menghilangkan kesusahan.

Syarat-Syarat Laa Ilaaha Illallah

1. Ilmu

Jika seorang hamba sudah mengetahui bahwa hanya Allah yang patut disembah dan penyembahan kepada selain-Nya merupakan kebathilan serta ia beramal dengan tuntutan kalimat tauhid itu, maka ia telah berilmu akan makna kalimat tauhid. Allah Ta’ala berfirman:

“Ketahuilah (ilmuilah) bahwasanya tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah.” (QS. Muhammad :19)

Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Siapa saja yang mati sedang dia mengilmui bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah maka dia akan masuk surga.”

2. Yakin

Wajib bagi orang yang mengikrarkannya untuk meyakini sepenuh hatinya dan meyakini akan kebenaran apa yang dia lafazhkan bahwa hanya Allah yang berhak dengan ketuhanan sedangkan ketuhanan selain-Nya adalah bathil. Allah berfirman:

ayat145.jpg

“Dan mereka yang beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan apa yang diturunkan sebelummu juga mereka yakin pada hari akhir.” (QS.Al Baqarah:4)

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya saya utusan Allah. Tidaklah seorang hamba menemui Allah membawa kalimat ini tanpa ragu kepadanya kecuali dia pasti masuk surga.” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda kepadanya:

“Siapa saja yang kamu temui dibelakang dinding ini yang bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan hatinya yakin pada kalimat ini maka berilah ia berita gembira dengan surga.” (HR. Muslim)

ayat155.jpg

“Sesungguhnya hanyalah (termasuk) orang-orang beriman, orang-orang yang beriman pada Allah dan Rasul-Nya lalu mereka tidak ragu.” (QS. Al Hujurat:15)

Artinya: tidak ragu, bahkan mereka yakin dengan sesempurna keyakinan. Adapun orang yang ragu maka termasuk orang yang munafik, sebagaimana firman Allah:

ayat165.jpg

“Hanyalah yang meminta izin kepadamu ialah mereka yang tidak beriman pada Allah dan hari Akhir serta hati mereka ragu lalu mereka berbolak-balik dallam keraguannya.” (QS. At Taubah:45).

3. Ikhlas

Ia menafikan syirik, sebab semua perkataan dan perbuatannya bersumber dari keikhlasan demi wajah Allah dan mencari ridha-Nya tanpa ada kekeruhan padanya. Allah berfirman:

ayat173.jpg

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan (agama) yang lurus.” (QS. AL bayyinah:5)

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Orang yang paling bahagian dengan syafa’atku, orang yang berkata tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah secara ikhlas dari hatinya.”

Dari Utsman radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Allah mengharamkan dari api neraka siapa saja yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan mencari wajah Allah.” (HR. Bukhari)

4. Jujur

Ia menafikan (menolak) kebohongan, sebab ia jujur pada Allah dalam imannya, jujur pada aqidahnya, jujur pada kata-katanya, dan jujur pada dakwahnya. Allah berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan haruslah kalian bersama orang-orang yang jujur.” (QS at Taubah:119)

Dari Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan Rasul Allah dengan jujur dari hatinya kecuali Allah mengharamkannya dari api neraka.” (HR. Bukhari)

5. Cinta

Ia menghilangkan benci. Orang yang bertauhid akan mencintai: kalimat ini, makna yang terkandung padanya, dan ahli tauhid yang mengamalkan tuntutannya. Maka ia mencintai Allah dan Rasul-Nya serta mendahulukan cinta pada keduanya atas segala yang dicintainya, firman Allah:

ayat184.jpg

“Dan diantara manusia ada orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” (QS. Al Baqarah:165)

6. Tunduk

Ia menghilangkan kesyirikan. Ia berarti menyerah diri dan tunduk pada apa yang ditunjukkan kalimat agung ini, sebagaimana firman Allah:

“Dan kembalilah kepada Tuhan kalian serta berserah dirilah kepada-Nya.” (QS. Az Zumar:54)

Menyerahkan diri berarti tunduk pada perintah-perintah Allah.

Allah Ta’ala berfirman:

“Dan barangsiapa yang menyerahkan wajahnya pada Allah sedang dia berbuat baik maka sesuangguhnya dia telah berpegang dengan tali yang sangat kuat.” (QS. Luqman:22)

Firman Allah:

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari orang yang menyerahkan diri pada Allah sedang dia berbuat baik.” (QS. An Nisa’:125)

7. Menerima

Ia meniadakan penolakan, orang yang bertauhid menerima semua yang dituntut oleh kalimat ini dengan hati dan lisannya, sesuai firman Allah:

“Dan katakanlah bahwa kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami.” (QS. AL Baqarah:136)

Adapun orang yang mengucapkannya tapi tidak menerimanya, maka ia masuk dalam firman Allah:

“Sesungguhnya dahulu mereka jika dikatakan kepadanya Laa ilaaha illallah (tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah) maka mereka menyombongkan diri. Dan mereka telah berkata: ‘Apakah kami akan meninggalkan tuhan-tuhan kami sebab seorang penyair yang gila (Muhammad)?” (QS. Ash Shaffat:35-36).

8. Ingkar pada sesembahan selain Allah

Allah Ta’al berfirman:

ayat192.jpg

“Maka barangsiapa yang ingkar pada thaghut dan beriman pada Allah, sesungguhnya ia telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus.” (QS. Al Baqarah:256)

Rasulullah Shalalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dan ingkar dengan sesembahan selain Allah, maka diharamkan (untuk menyerang) harta dan darahnya, sedangkan perhitungannya (jujur atau tidak ucapannya) nanti di sisi Allah.” (HR. Muslim)

Maraji’:

Kitab Syarhu Ad Durusi Al Muhimmati li ‘Ammati Al Ummati (edisi terjemahan, Pelajaran Penting bagi Kaum Muslimin), penulis Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, penyusun Muhammad bin Ali bin Abrahim Al Arfaj

Kitab Syarah Tsalatsatul Ushuul, penulis Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, pensyarah Abdullah bin Shalih al Fauzan.

Kitab Syarh Al Arba’iin an Nawawiyyah, penulis Syaikh Muhammad bin Shalih al
Read More..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kalamullah
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun." (Fathir: 28)

Sabda Nabi
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. At Tirmidzi, dishahihkan Al Imam Al Albani)

Nasehat Salaf

"Jika engkau bisa, jadilah seorang ulama. Jika engkau tidak mampu, maka jadilah penuntut ilmu. Bila engkau tidak bisa menjadi seorang penuntut ilmu, maka cintailah mereka. Dan jika kau tidak mencintai mereka, janganlah engkau benci mereka." (Umar bin Abdul Azi)

Dalil shalawatan – Haul – dzikir jamaah – ziarah kubur

Anda tidak suka ziarah kubur? Itu maklum, karena anda tidak senang kepada Nabi SAW yang memerintahkan : Kuntu nahaitukum `an ziyaaratil qubuuri, alaa fazuuruuha (dulu aku melarang kalian berziarah kubur, tetapi kini berziarah kuburlah. HR. Muslim)
Hadits riwayat Imam Waqidi sebagaimana yang tersebut dalam kitab Nahjul Balaghoh hal. 399
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يزور قتلى أحد في كل حول، وإذا لقاهم بالشعب رفع صوته يقول : السلام عليكم بما صبرتم فنعم عقبى الدار. وكان أبو بكر يفعل مثل ذلك وكذلك عمر بن الخطاب ثم عثمان بن عفان رضي الله عنهم. [رواه الواقدي

Artinya:
“Adalah Rasulullah SAW. berziara ke makam syuhada’ Uhud pada setiap tahun. Dan ketika beliau sampai di lereng gunung Uhud beliau mengucapkan dengan suara keras “semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada kamu berkat kesabaranmu, maka alngkah baiknya tempat kesudahan”. Kemudian Abu Bakar, Umar bin Khatthab dan Utsman bin ‘Affan juga melakukan seperti tindakan Nabi tersebut”

Ziarah kubur sudah diperintahkan oleh Nabi SAW, tentunya di saat beliau SAW masih hidup berdampingan dengan para shahabat.
Karena itu banyak riwayat hadits yang menerangkan betapa dianjurkannya ummat Islam untuk menziarahi kuburan sesama muslim. Baik itu kuburan para kerabat, handai taulan, tetangga dan teman, apalagi berziarah ke makam Nabi SAW dan para shalihin, tentu lebih sangat dianjurkan oleh syariat. Karena berziarah kubur dengan mendoakan mayyit yang berada di dalam kuburan itu, dapat mengingatkan seseorang agar selalu ingat kehidupan akheratnya kelak.

* Anda tidak senang membaca shalawat dan pujian kepada Nabi SAW?
Ya sangat dimaklumi, karena anda tidak senang kepada Nabi SAW dan anda tidak pernah tahu sejarah bagaimana para penyair di kalangan shahabat semisal Hassan bin Tsabit saat mengubah syair-syair pujian kepada Nabi SAW dengan bahasa-bahasa yang indah sebagai makna shalawat kepada Nabi SAW.
Sejarah juga mencatat, bahwa Nabi SAW menyenangi apa yang dipersembahkan oleh Shahabat Hassan bin Tsabit itu, dan beliau SAW bahkan menugaskan Hassan bin Tsabit untuk menggubah syair-syair perjuangan, demi memotivasi para pejuang Islam dari kalangan para Shahabat.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.(Al Ahzab : 59 )

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Semua do’a tertutupi (tidak bisa naik ke langit) sampai dibacakan shalawat untuk Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. At Thabrani dalam Al Ausath dan dihasankan Al Albani)

Anda tidak senang meng-haul-i (berdoa setiap tahun) untuk keluarga muslim?
Ya sangat dimaklumi, karena anda sangat sulit memahami bahwa Nabi SAW dalam banyak riwayat yang dinukil dalam kitab-Kitab hadits : ternyata `alaa raksi haulin (setiap tahun=haul) beliau SAW berziarah kepada makam para syuhada dan membacakan doa untuk para syuhada Baqi` dan Uhud itu (HR. Baihaqi).
Jadi Nabi SAW berkenan untuk menghauli para shahabat yang telah mendahului beliau mengadap Allah, dengan cara mendoakan mereka pada setiap tahunnya.
Bahkan Nabi SAW setiap kali berziarah ke makam Uhud, beliau SAW mengucapkan salam khusus kepada pamanda beliau SAW, yaitu Sayyidina Hamzah : .Salaamun `alaikum bimaa shabartum fini`ma uqbad daar.

* Anda tidak senang ikut dzikir berjamaah, sangatlah maklum karena anda tidak pernah memahami Hadits Qudsi, Allah berfirman yang artinya: Barang siapa yang menyebut (berdzikir) kepada-Ku dalam kelompok yang besar (berjamaah), maka Aku (Allah) akan menyebut (membanggakan) nya dalam kelompok (malaikat) yang lebih besar (banyak) pula (HR. Bukhari-Muslim)
Allah Berfirman "
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا
Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya,
Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.(QS Al Ahzab 41-42)

Dari Muadz Ibnu Jabal Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Amal yang diperbuat anak Adam tidak ada yang menyelamatkannya dari adzab Allah selain berdzikir kepada Allah." (Riwayat Ibnu Abu Syaibah dan Thabrani dengan sanad hasan)

Rosulullah SAW ,pernah ke luar mendatangi sekelompok sahabat,lalu bertanya :"apakah yang mendorong kalian duduk di sini ?Mereka menjawab:"Kami duduk-duduk melakukan dzikir kepada Allah dan memujinya atas pimpinan-Nya menunjuki kami kepada Agama Islam dan mengaruniakannya atas kami" Rosulullah SAW bersabda:"Aku tidak akan meminta kalia bersumpah karena keraguanku kepada kalian,akan tetapi Jibril telah telah datang memberitahukan kepadaku bahwa Allah SWT,membanggakan kalian kepada Malaikat-malaikat karena perbuatan kalian ini".(Hadits Qudsi)
(H.R.Muslim,Turmudzi dan Nasai yang yang bersumber dari Abu Sa'id Al-Khudri R.A.)

Siapa bilang do'a untuk orang mati tidak sampai ?

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang".( Al Hasyr 10 )


و حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ كِلَاهُمَا عَنْ عِيسَى بْنِ يُونُسَ عَنْ أَبِي حَمْزَةَ الْحِمْصِيِّ ح و حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ وَهَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ وَاللَّفْظُ لِأَبِي الطَّاهِرِ قَالَا حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ عَنْ أَبِي حَمْزَةَ بْنِ سُلَيْمٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَصَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ يَقُولُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَاعْفُ عَنْهُ وَعَافِهِ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِمَاءٍ وَثَلْجٍ وَبَرَدٍ وَنَقِّهِ مِنْ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَعَذَابَ النَّارِ قَالَ عَوْفٌ فَتَمَنَّيْتُ أَنْ لَوْ كُنْتُ أَنَا الْمَيِّتَ لِدُعَاءِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى ذَلِكَ الْمَيِّتِ

Telah menceritakan kepada kami [Nashru bin Ali Al Jahdlami] dan [Ishaq bin Ibrahim] keduanya dari [Isa bin Yunus] dari [Abu Hamzah Al Himshi] -dalam jalur lain- Dan telah menceritakan kepadaku [Abu Thahir] dan [Harun bin Sa'id Al Aili] -dan lafazhnya milik Abu Thahir- keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami [Ibnu Wahb] telah mengabarkan kepadaku [Amru bin Harits] dari [Abu Hamzah bin Sulaim] dari [Abdurrahman bin Jubair bin Nufair] dari [bapaknya] dari ['Auf bin Malik Al Asyja'i] ia berkata; Saya mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca do'a dalam shalat jenazah: "ALLAHUMMAGHFIR LAHU WARHAMHU WA'FU 'ANHU WA 'AAFIHI WA AKRIM NUZULAHU WA WASSI' MUDKHALAHU WAGHSILHU BILMAA`I WATS TSALJI WAL BARADI WA NAQQIHI MINAL KHATHAAYAA KAMAA YUNAQQOTS TSAUBUL ABYADLU MINAD DANASI WA ABDILHU DAARAN KHAIRAN MIN DAARIHI WA AHLAN KHAIRAN MIN AHLIHI WA ZAUJAN KHAIRAN MIN ZAUJIHI WA QIHI 'ADZABAL QOBRI WA 'ADZABAN NAARI." ("Ya Allah, Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, maafkanlah dia dan selamatkanlah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), dan tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka lindungilah ia dari siksa kubur atau siksa api neraka"). Auf berkata; "Hingga saya berangan seandainya saya saja yang menjadi mayit itu, karena do'a Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada mayit tersebut.." (Hadist Imam Muslim No. 1601)

Anjuran memperingati Maulid Nabi

Anjuran supaya memperingati Maulid Nabi sudah diisyaratkan oleh Allah SWT, dan oleh nabi sendiri. Firman Allah surat Al A’rof : 157 :

فَالَّذِيْنَ آمَنُوْا بِهِ وَعَزَّرُوْهُ وَنَصَرُوْهُ وَاتَّبَعُوا النُّوْرَ الَّذِيْ أُنْزِلَ مَعَهُ وَاُولئِكَ هُمُ اْلمُفْلِحُوْنَ. (الأعراف :١٥٧)

Maka orang-orang yang beriman kepadanya (Muhammad) memulyakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al A’rof :157)

Dalam sebuah hadits dikatakan :
مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدِىْ كُنْتُ شَفِيْعًا لَهُ يَـوْمَ الْقِيَا مَةِ. وَمَنْ أَنْفَقَ دِرْهَمًا فِى مَوْلِدِى فَكَأَ نَّمَا اَنْفَقَ جَبَلاً مِنْ ذَ هَبٍ فِى سَبِيْلِ اللهِ
“Barang siapa yang memulyakan / memperingati hari kelahiranku maka aku akan memberinya syafa’at pada hari kiamat. Dan barang siapa memberikan infaq satu dirham untuk memperingati kelahiranku, maka akan diberi pahala seperti memberikan infaq emas sebesar gunung fi sabilillah.

Sebagaimana hadis riwayat Muslim yang bersumber dari Abu Qotadah Al Anshory r.a :

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلعم سُئِلَ عَنْ صَوْمِ اْلإِثْنَيْنِ فَقَالَ فِيْهِ وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ. (رواه مسلم)

“Sesungguhnya Rosulullah saw ditanya seorang sahabat tentang puasa hari Senin, maka beliau menjawab, sebab di hari Senin itu hari kelahiranku, dan wahyu diturunkan kepadaku”. ( HR. Muslim)

Dalil Maulid menurut para Sahabat

Telah berkata Imam Syihabuddin Ahmad Ibnu Hajar Al-Haitami As-Syafie dalam kitabnya bernama :
Ni’matul Kubra 'Alal 'Alam Fi Maulidi Saidi WaladiAdam, dalam Bab : Faslun Fii Bayan Fadli Maulid Nabi SAW :
‘Telah berkata Saiyidina Abu Bakar As-Siddiq : Barangsiapa yang menafkahkan satu dirham bagi menggalakkan bacaan Maulid Nabi SAW, maka ia akan menjadi temanku di dalam syurga.”
Telah berkata Imam Syihabuddin Ahmad Ibnu Hajar Al-Haitami Asy-Syafi'i dalam kitabnya bernama :
Ni’matul Kubra 'Alal 'Alam Fi Maulidi Saidi Walad Adam, dalam Bab : Faslun Fii Bayan Fadli Maulid Nabi SAW :
Telah berkata Saiyidina 'Umar : "Sesiapa yang membesarkan (memuliakan) majlis maulid Nabi SAW, maka sesungguhnya ia telah menghidupkan Islam."
Telah berkata Imam Syihabuddin Ahmad Ibnu Hajar Al-Haitami Asy-Syafi'i dalam kitabnya bernama :
Ni’matul Kubra 'Alal 'Alam Fi Maulidi Saidi Waladi Adam, dalam Bab : Faslun Fii Bayan Fadli Maulid Nabi SAW :
Telah berkata Utsman : "Sesiapa yang menafkahkan satu dirham untuk majlis membaca maulid Nabi SAW, maka seolah-olah ia menyaksikan peperangan Badar dan Hunain".
Telah berkata Imam Syihabuddin Ahmad Ibnu Hajar Al-Haitami Asy-Syafi'i dalam kitabnya bernama :
Ni’matul Kubra 'Alal 'Alam Fi Maulidi Saidi Waladi Adam, dalam Bab : Faslun Fii Bayan Fadli Maulid Nabi SAW :

Telah berkata ‘Ali : “Sesiapa yang membesarkan majlis maulid Nabi j dan kerananya diadakan majlis membaca maulid, maka dia tidak akan keluar dari dunia melainkan dengan keimanan dan akan masuk ke dalam syurga tanpa hisab”.

Pujian Sahabat kepada Nabi SAW

Nabi SAW Bersabda : "Berkata Abbas bin Abdulmuttalib ra : “Izinkan aku memujimu wahai Rasulullah..” maka Rasul saw menjawab: “silahkan..,maka Allah akan membuat bibirmu terjaga”, maka Abbas ra memuji dengan syair yang panjang, diantaranya : “… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417)"

Hadist tentang Sayidina Umar Bin Khotob RA

Bila langkah Sayidina Umar di anggap Bid'ah,maka berarti mengatakan Sayidina Umar ahli Bid'ah dan masuk Neraka.Padahal Sayidina Umar telah di jamin masuk Surga.Seperti di terangkan dalam Hadist bahawa Nabi SAW bersabda : "Abu bakar ahli Surga,Umar ahli Surga,Ustman ahli Surga,Ali ahli Surga,Thalhah ahli Surga"(HR AHMAD)

Nabi SAW berpesan agar mengikuti ketetapan dua sahabat Seniornya,yaitu Abu Bakar dan Umar seperti di sebutkan dalam Hadist,Nabi SAW bersabda : "Berpegang teguhlah dengan ketetapan dua orang setelahku,yaitu Abu bakar dan Umar (HR ASHABUS SUNAN)


Nabi SAW Bersabda : "Janganlah kamu menghina Sahabatku,Ssesungguhnya di antara kalian menginfakan emas sebesar gunung Uhud tidak akan menyamai kemulya'an mereka sekalipun separuhnya" (HR MUSLIM)

Islam pecah menjadi 73 golongan

Mu’awiyah Ibnu Abu Sofyan meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) dalam masalah agamanya terbagi menjadi 72 golongan dan dari umat ini (Islam) akan terbagi menjadi 73 golongan, seluruhnya masuk neraka, satu golongan yang akan masuk surga, mereka itu Al-Jamaa’ah, Al-Jamaa’ah. Dan akan ada dari umatku yang mengikuti hawa nasfsunya seperti anjing mengikuti tuannya, sampai hawa nafsunya itu tidak menyisakan anggota tubuh, daging, pembuluh darah, maupun tulang kecuali semua mengikuti hawa nafsunya. Wahai orang Arab! Jika kamu tidak bangkit dan mengikuti apa yang dibawa Nabimu…” HR.Musnad Imam Ahmad.

KITAB REKAYASA WAHABI
Berjudul “JUZK FIL HURUF WAL ASHWAT” Bukan Kitab Buatan Imam Nawawi
Dakwah Salafy Wahaby walaupun kita sering bertanya, Kenapa Marah Di Sebut Wahaby ? yang sulit di terima oleh dunia Islam, kecuali hanya sebagian kecil orang awam, sehingga menghalalkan segala cara demi sebuah faham yang mereka anggap benar, dakwahnya yang lebih pantas di sebut dengan fitnah terhadap Islam, Al-Quran, Hadits dan para Ulama Islam.
Karena setiap sisi syari’at Islam yang tidak sepaham dengan pemahaman mereka selalu ada cerita dusta dan fitnah terhadap Ulama, baik Salaf atau Khalaf, ketidaksiapan mereka dalam menyikapi perbedaan atau dengan kata yang lebih jelas WAHABY / SALAFY TIDAK MAMPU MENERIMA PERBEDAAN dan tidak cukup nya pendukung dakwah mereka, hingga memaksa mereka memutarbalikkan fakta dengan cerita dusta terhadap para pakar Ulama Islam separti Imam Mazhab empat, Syaikh Abdul Qadir Al-Jiilani, Ibnu Katsir, Imam Baihaqqi, Imam Asy’ari, Imam Nawawi, Ibnu Hajar al-Ashqalani, Shalahuddin al-Ayyubi dan masih banyak lagi, semoga Allah selalu menjaga Para Ulama Islam dari bermacam fitnah Wahaby.Download Pdf Kesesatan WAHABI,Kesesatan Syi'ah


Kekejaman wahabi kepada sunni


Mantan Hindu Yang Menjadi Wahhabi (Ust. Abdul 'Aziz) Ditangkap Polisi Karena Memprovokasi Masyarakat

Kisah Nyata ; Pembantaian Keluarga Syaikh Nawawi al-Bantani al-Syafi'i (Pembesar Syafi'iyyah) Oleh Kaum Wahhabi

Kitab Fathul Bari : Bukti Wahabi menipu ummat (pendapat Ibnu rajab pada masalah shalat – bukan menolak takwil imam ahmad)

Bukti Wahabi Saudi memalsukan Kitab shahih Bukhary : Hadits Mutasyabihat “Pinggang Arrahman” diubah / dipalsukan

Sesama Wahabi Saling Menyesatkan, Bukti Kontradiksi Ajaran Sesat

Gerakan “PENYESATAN SYi’AH” di Indonesia didanai Wahabi dengan aliran dana AS, Israel dan Saudi

Wahabi perusak tasawuf NU dan Mesir, wahabi secara biadab menyerang tasawuf NU dan tasawuf Mesir !

wahabi melakukan manipulasi untuk merusak khazanah keilmuan Islam. Mereka tidak segan-segan mengubah bahkan menghapus kalimat-kalimat dalam kitab-kitab klasik ulama-ulama rujukan kaum NU.. Syi’ah bela NU

Saudi Sediakan Dana Tak Terbatas untuk wahabi Indonesia dan wahabi Malaysia.. NU dalam bahaya !!!

Wahabi Perusak Situs Sejarah Islam ( Densus 99 )

SESAT ULAMA WAHHABI SALAFI

NAMA-NAMA TOKOH WAHHABI

NAMA TOKOH WAHHABI DI INDONESIA

Daftar Yayasan dan Ustadz Wahabi Salafy